Gelarnya adalah mbah, tubuh yang renta, kulit keriput, dan rambut putihnya bukan tanda semangatnya telah tua. Tangan kecil kurus, justru menjadi palu dan pahat untuk mengukir sisa hidupnya.
Masa tua, mati dengan diam di kursi, atau dengan kehormatan bekerja. Kapan berhenti bekerja? Nanti saat tua, jawabnya. Dengan sadar, mereka sudah tua. Sudah tua lho mbah? Ya nanti sepanjang masih hidup, jawabnya.
Hidup harus berarti, meski miskin, meski uang hanya menjadi sepiring nasi dua kali. Bukan masalah, perut harus tetap diisi setiap hari.
Percuma mengisi hidup dengan sakit, atau lelah dan keluh tentang kejam dunia, saat tua yang dibanggakan menjadi titik nadir.
Justru saat ini mereka dihormati, tutur bahasa, dan tanpa bicara keluh kesah. Menghancurkan putus asa dengan tanda kerut diwajahnya.
Senyumnya harta, menjadi kebahagiaan ditengah lalu lalang sepeda. Kadang diamnya adalah peluluh rasa sakit di tangannya.
Musik kehidupan antarkan nada kehidupan surga, yang mengalun lembut, bagai bisikan mulut sungai yang bergemuruh, melintasi alam bebatuan yang kian terjal.
Kalau tidak kerja, ya tidak makan. Makan untuk bisa kerja, dan kerja sebagian buat makan.
Mbah cari apa? Batu. Batu penyambung rejeki dari Yang Kuasa untuk mereka.
Sungguh keras baja tulangnya, dan kesabaran untuk ujian dari Tuhan, mereka punya hati emas. Emas tiga juta karat pikir saya, yang tak teruji dalam skala apapun.
Nafas yang putus sambung, 80 tahun menemani, menjaga iman yang padam redup.
Mereka yang tahu apa itu cinta, meski tak sedetikpun diucapkannya. Cinta kerja, cinta nasib, cinta waktu, cinta terhadap karya-karyanya. Sumringah, adalah tindakan yang selalu terlihat dari paras wajahnya.
Semangat hidup, uang saku yang cukup untuk membayar tiap godaan dalam hidup. Tidak ingin merubah nasib? Sudah tua, disyukuri saja, mungkin itu jawabnya.
Mbah naga, mbah yang akan dan selalu mampu menguasai api emosi, api hidup, dan api gelora perangnya, perang dengan gerogotan waktu pada usianya.
( hati saya malu, benar-benar malu saat mendengar kata ini..."Alhamdulillah, ini takdir saya"... )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar