Photobucket
Boleh dengan sangat jikalau segan copy-paste segala apa yang ada di dalam blog ini, tapi setidaknya tinggalkan komentar dan cantumkan http://noeswantoro.blogspot.com/ ya... ^^
terima kasih... :)

Minggu, 29 Mei 2011

Ketika Kami

Ketika kami
Ketika waktu memakan kami
Ketika usia bukan pegangan kami

Saat kami
Saat kedewasaan bukan hal penting lagi
Meski itu yang kuagung-agungkan

Dimana kami
Berjalan menuju tepi
Dimana kami tinggal dihitung hari

Peluh kami
Rintihan kesedihan kami
Tersapu angin panas jalanan kota
Menerobos kaus lusuh kami

Ketika kami
Hanya ditemani gerobak kecil
Atau keranjang kecil
Atau makanan kecil
Bukan anak istri kami

Kami duduk di sisi retak pagar
Bukan di kursi rotan buatan Jerman
Bersandingkan bunga yang harum
Seharum perjuangan kami

Kekayaan kami sebatas sandal ini
Berhiaskan tali penyambung
Yang sesekali putus minta pertolongan

Disaat sujud menanti kehadiran kami
Terpaksalah kami
Berjalan tak menghiraukan
Karena kami butuh kehormatan

Bukannya kami tak takut pada sang Tuhan
Bukan kami tak sempat berkenalan dengan dosa
Tapi inilah kami, sang terbuang

Rasionalisme pemikiran
Bukan penunjuk jalan
Bagi kami atau saudara-saudara kami
Inilah nasib kami
Yang membuatmu semakin terlihat perkasa
Diatas kelemahan kami

Kami digaji
Dengan makanan basi atau air kali
Dimana kami bersimpuh, menatap kepada Tuhan kami
Tuhan yang memberi sesuap nasi
Dari perantara ke kami

Kami berhenti
Untuk menikmati duniawi
Terang saja, kami tak mampu
Recehan saja kami tertawa malu
Dihadapan kaum-kaummu

Bapak kami tidak mendidik kelakuan ini
Bapak berdoa kami menjadi petani
Minimal katanya
Garis kehidupan bukan sahabat kami
Hingga menjatuhkan kesengsaraan ini
Kepada kami

Sapalah kami
Meski itu menjijikkan buatmu
Kenalilah kami
Meski itu memuakkanmu

Otot kami sudah layu
Otak kami sudah membatu
Kehidupan kami terlalu picik untuk dinikmati

Berbahagialah saat mengetahui
Senanglah saat mempercayai
Ketika Tuhan menyapa raut mukamu
Dengan serdadu hujan ke duniamu

Terbuangnya arti kami
Nama kami tak dikenal lagi
Sampaikan salam kami pada ibu kami
Yang telah membesarkan kami
“Maaf bu, anakmu tiada bernilai lagi”

( Terinspirasi dari : Penarik gerobak, seseorang yang sudah tua, berhenti sejenak melepas lelah, dan terlihat merintih kelelahan di tepian jalan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar