Semakin kupaksa untuk ingat, semakin sulit kutemukan lembaran cerita kita. Maka aku diam, tak berpikir untuk sekedar mencari tahu kenangan terbaikku bersama kamu. Hingga hitungan hariku itu berakhir, tetaplah menjadi kisah klasikku.
Hingga saat tua nanti, kita akan merenungi hari, mengenang mimpi, menjalani memori yang terbungkus dalam hamparan senyum indah. Maka aku tak akan rela kehilangan satupun dari senyuman yang membanggakanku di setiap waktu itu.
Dari setiap tujuanku, banyak dari itu adalah doa dan harapanmu untukku, maka aku tak akan lelah untuk berjalan, maka aku tak akan menyerah untuk sekedar bertahan. Bahwa setiap manusia akan terjatuh, maka kamulah alasanku untuk segera berdiri dan menantang hari.
Selalu mencoba untuk menerangkan sesederhana mungkin, namun kenyataannya cinta itu rumit, lebih rumit daripada helaian kusut benang yang berpuluh hari tak selesai kuurai, maka kucoba untuk sekedar menikmatinya, dan cinta itu kusimpan saja di rongga dada, berharap seseorang nanti mampu menyelesaikannya untukku, dan itu kamu.
Tak akan ada waktu yang sempurna, dari sekian puluh detik yang berlalu, setidaknya beberapa detik akan kucoba, untuk sekedar mengetahui atau menemuimu, meski itu hanya tampak dalam sudut terkecil mataku.
Aku tak takut untuk kehilanganmu, tapi jangan sesekali nanti kamu tiada tanpa hati yang membara, hati yang hangat oleh canda gurau kita, hati yang dingin oleh usapan lembut di kening, dan kecupan penutup di tanganmu itu.
Sekalipun aku tak mempunyai siapa di hati, yang terjadi adalah kedatanganmu, mengisi apa yang kosong, dan membuatku ingin menipu waktu, hingga terulang dimana aku menemuimu pertama kalinya, dan menawarkan puluhan keindahan di masa berikutnya.
Sesungguhnya aku merindukanmu, meski tak berujar ribuan kata langsung untukmu, maka datanglah, dan kenali aku meski itu melelahkan buatmu. Lalu tenanglah batin, yang ada adalah keindahan yang akan menggantikan rasa lelahmu itu.
*ILYSM*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar