Saat mendengarmu kesekian kalinya, sejenak tertegun untuk menikmati seuntai keindahan anugerah Tuhan. Sehingga batin sempat berujar, lalu kaki berpendar dalam bayangan yang tak terhitung berapa, yang kutahu saat ini saya memikirkanmu.
Maka semakin bertalilah harapan, kupegang erat kuasaku, lalu mendekatimu dengan nafas lirih, berharap engkau menerima sedikit kedatanganku.
Dan kamulah opera terbaik di masaku, yang melantun lembut, indah tanpa cela, yang kemudian kurekam dan kurampungkan dalam memori senjaku, sehingga saat saya tua nanti benar-benar tak akan kehilanganmu.
Dan aroma terbaik adalah aromamu, tenangkan kegalauanku, redam daya letihku, menjaga apa yang telah terlelap di gelap legam malam.
Dan selalu apa yang menjadi pesona perhatianku, ketika keindahan menjadi tarik ulur tak percayanya saya bisa jatuh hati kepadamu saat ini.
Dan sungguh kamu adalah peri kecilku, yang selalu memberi senyum, lalu berdiam sejenak untuk sekedar menghiburku di sela waktu.
Jika sayapku terpasung, maka sentuhlah dengan pesonamu, niscaya aku akan bangun dan melawan ketaksanggupanku saat itu. Alangkah lebih indah ketika sayap itu mengembang dengan kebanggaan tertinggiku.
Betapa tenang genggaman hati, ketika saya masih melihatmu, lalu berubah menjadi kekhawatiran sempurna ketika seharipun tak mengetahui keadaanmu, karena aku yang merindukan seluruh rasa darimu setiap hantaman waktu.
Sebuah riuh ricuh ketika ultimatum perasaan telah dibuka, yang pada dasarnya menjadi pertanyaan besar setiap orang, benarkah sebuah kenyataan atau khayalan manusia belaka, karena kamu terlalu indah buat sang pendiam ini.
Maka tetaplah menjadi baik dari yang terindah, karena kamu dirindukan, dielu-elukan dan hadiah terbaik sepanjang tinta kegembiraan digoreskan, sesungguhnya betapa besar rasa rindu kepada perempuan itu, dan siapa lagi jika itu bukan kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar