Punya hati belum tentu beriman, tapi beriman itu wajib punya hati.
Sakit itu nikmat, tidak sadarkah anda sedang diberi kekuatan untuk segera sehat lagi?
Bersyukur tanda orang pintar, tapi orang pintar kebanyakan lupa bersyukur.
Takut apa yang didepan mata lebih besar dari apa yang terjadi selanjutnya (kiamat atau dosa).
Jalan berkerikil lebih bagus, karena membuatmu lebih hati-hati untuk melangkah.
Cinta itu selembar kertas, tinggal kelakuanmu yang berlaku, ditulis dengan indah, atau dicoret tinta merah tanda rendah moral.
Takut akan kematian itu wajar, tapi seharusnya kita lebih takut dengan sedikitnya pahala saat kita mati nanti.
Jangan bermain perasaan, karena perasaan itu ibarat kaca tajam, jika tak dipegang dengan benar bisa melukai siapapun.
Seringkali kita melihat orang tua tidak tega melihat anaknya pergi merantau, tapi sesungguhnya mereka lebih tidak tega melihat anaknya diam di rumah menunggu masa depannya.
Sakit mana, ketika kita sadar telah menyakiti atau ketika kita telah disakiti?
Sebuah ironi, saat tangan setia menggenggam lauk enak, tapi di seberang orang hanya bisa mengais rezeki dari setiap manusia yang datang.
Belajar ikhlas, ketika berusaha, tetapi tetap tidak bisa. Namun ikhlas terjadi, ketika kehilangan apa dan siapa saja yang kita cintai.
Berpikirlah seperti anak kecil, yang bebas lepas. Namun bertindaklah seperti komandan tua, yang lebih pintar dan bijaksana daripada singa yang mengaum-ngaum.
Tertawalah dan tersenyumlah ketika melepas pergi seseorang, walau itu orang paling kamu musuhi. Ingat saja, mungkin itu terakhir kali kamu beribadah kepadanya.
Barang siapa mengutamakan kepedulian, sebenarnya ia telah membuktikan cintanya.
Menangislah hanya untuk membasahi matamu, atau ketika kegembiraan menyelimutimu. Jangan sia-siakan hanya untuk menangisi pedih hatimu.
Dunia masih suka pembual, suka bertele-tele dan tak pernah cepat tanggap untuk keindahannya.
Masa tua, masa dimana dewasa adalah kewajiban, entah berapapun umur yang tertulis oleh tinta.
Bedakan cinta dan sayang, mereka telah carut marut, tak rapi seperti jaman nenek kakekmu dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar