Maka tibalah waktu menutup mata, meski itu sejenak di hitungan hari. Nafas turun, dan detak pun ikut turun. Tubuh rebah, dan terlelap dalam buaian mimpi semata.
Sudilah berkunjung sejenak, sapalah kesendirian yang telah menemaniku. Lalu jadilah alasanku untuk bangun, di pagi yang menakjubkan itu. Lalu jadilah pula dirimu, alasan terbaikku untuk tetap berdiri menantang waktu.
Sentuhlah punggungku, dorong dengan tangan kecilmu, dan hembuskan angin kehidupan sedikit padaku. Buatlah aku bersyukur akan bantuanmu.
Dan tunggu aku di kota, di pintu yang menerimaku, dengan apa adaku, dan kewajibanku. Sambutlah dengan pelukan hangat, dimana yang kusebut itu mimpi keduaku.
Jangan takut akan berlalunya waktu, karena aku telah bijaksana selama itu. Setidaknya untuk beberapa detik di kehadiranku.
Alunkan suaramu, jadilah musik merdu, dan lewati hati hariku, buatku tidur, lelap, nyenyak di bunga-bunga tidurku.
Pada akhirnya, tinggal tatapan mata, yang berhitung, menemani nyawa, menemui Yang Kuasa di titik akhir penantian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar